CANGKIR KETIGA

Masih di penghujung malam dengan hujatan sepi. Atau malah aku yang sengaja menyepi; biarlah berbagai macam pembenaran mencari kekuasaan di atas pemikiran yang ada.

Masih dengan cangkir yang sama, yakni cangkir ketiga dengan tumpukan ampas di ujungnya. Mungkin bubuk kopi tidak bisa selamanya menyatu dengan air, dia tidak bisa selamanya hanyut tergerus waktu, dia pun ingin meninggalkan kenangan kepada setiap penikmatnya; pikirku.

Biarkan pembenaran-pembenaran ini yang menyimpulkan sendiri. Malam ini masih dengan adukan yang sama, dan juga sedikit pemanis di dalamnya. Yang aku tahu untuk menikmati kesepian tidak perlu memperbanyak pemanis atas cuplikan-cuplikan tawa yang pernah kita buat bersama, karena rentetan cuplikan itu hanyalah penawar sementara dari kepahitan yang akan hadir setelahnya.

Aku masih mengagumimu, bukan dalam doa, bukan dengan rentetan kalimat yang aku lantunkan untukmu, bukan juga dengan dekapan tangan yang bisa saja membuatmu hangat.

Aku mengagumimu dengan caraku, di setiap sepi yang aku rangkai sendiri.

 

Purworejo, 02 November 2020

0 Response to "CANGKIR KETIGA"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel