NOVEL "ARAH LANGKAH" KARYA FIERSA BESARI


Judul : Arah Langkah.
Penulis : Fiersa Besari @fiersabesari
Penerbit : mediakita @mediakita


Arah Langkah adalah buku keempat dari seorang petualang, penulis, dan musisi, Fiersa Besari. Setelah ketiga bukunya, Garis Waktu (2016), Konspirasi Alam Semesta (2017), Catatan Juang (2017), lahirlah Arah Langkah (2018). Sebuah cerita perjalanan yang dihimpun oleh Bung (sapaan akrab Fiersa Besari) dan diceritakan kembali dalam bentuk cerita sebuah Novel.
.
Novel yang mengakomodir perjalanan Bung dan kedua sahabatnya, Anisa Andini dan Baduy berhasil memikat pembaca lewat isi novel dan penyampaian cerita yang santai dan mudah dipahami. Alur cerita yang maju dan dikombinasikan dengan sebuah catatan yang beralur mundur atau flashback diberapa sudut cerita membuat pembaca berasumsi dan mencoba mencocokkan apa yang sudah dan akan terjadi dalam cerita novel tersebut.
.
Perjalanan Bung menjelajah sudut negeri bukan tanpa sebab, awalnya atas dasar "dendam" kepada tunangan yang dipersiapkannya untuk menjalani hidup bersama harus berakhir karena Mia; tunangannya tersebut kedapatan bermesraan dengan sahabat Bung sendiri dalam DM (direct message) Instagram dan pergi ke tempat yang sebelumnya sudah sama-sama direncanakan oleh Bung dan Mia. Sahabat Bung yang menemani Mia pergi ke destinasi-destinasi yang diinginkan Mia pun berdalih, karena Bung begitu sibuk mengurusi pekerjaan yang dirintisnya dan tidak ada waktu bersama Mia.
.
Dan, tujuan awal itu mulai hilang di tengah-tengah perjalanan yang Bung lalui.
.
Perjalanan Bung, Prem; panggilan akrab Anisa, dan Baduy dimulai dari Bandung, menuju pulau Sumatera, sampai Aceh, dari Aceh mereka berdua langsung terbang ke pulau Sulawesi, pulau yang disepakati bersama untuk bertemu dan bertualang kembali. Di ujung pulau Sumatera, Baduy harus memisahkan diri dari perjalanan bersama kedua sahabatnya karena harus meng-handle sendiri bisnis Travel yang ia jalani untuk mengantar tamu dari Perancis yang ingin berlibur ke Raja Ampat. Dari Raja Ampat, Baduy akan terbang ke Pulau Sulawesi untuk bertemu kembali dengan rekan perjalanannya setelah urusan di Raja Ampat selesai. Dari perjalanan mereka, sangat banyak yang mereka lalui, bertemu orang baru, berjam-jam perjalanan darat, menunggu jadwal kapal yang tidak setiap waktu, menikmati suasana pantai, merasakan dinginnya udara di gunung, menemui kebudayaan dan kearifan lokal daerah-daerah yang mereka singgahi dan bahkan sampai konflik batin mereka bertiga pernah mereka lalui.
.
Kekhawatiran Bung di awal perjalanan mulai muncul ketika perjalanan mereka sudah sampai ke Pulau Sulawesi, Bung khawatir akan menyelesaikan misi seorang diri ke Tanah Papua; yakni Raja Ampat karena kedua sahabatnya tidak dapat ikut bersamanya. Prem dan Baduy mengurungkan niat untuk menyelesaikan misi perjalanan sampai Tanah Papua karena persoalannya masing-masing, Prem karena kehabisan uang dan tidak enak hati jika terus-terusan meminjam dan Baduy harus memisahkan diri dari sahabatnya karena memperoleh kabar sang Ibu sedang sakit. Berat, namun itu kenyataan yang harus dilalui Bung mendapati teman, bahkan sahabat perjalanannya harus pulang ke kota masing-masing diluar rencana yang disepakati.
.
Marah, gundah, dan berpikir ulang adalah perasaan Bung pada waktu itu, apakah Bung bisa melanjutkan perjalanan ke Raja Ampat seorang diri menjadi rasa takut yang ia rasakan. Sampai suatu ketika, telinga Bung memeroleh bunyi kalimat berupa penguat atas ketakukan yang Bung hadapi dari temannya, Shinta yang berbunyi "Kamu enggak akan pernah sendirian, Can. Kamu tahu itu." Dan kejadian di Gunung Klabat membuat yakin dirinya akan dan harus melanjutkan perjalanan ke Indonesia Timur.

0 Response to "NOVEL "ARAH LANGKAH" KARYA FIERSA BESARI"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel