MENDAPAT LEBIH, MENGEMBALIKAN SELEBIH-LEBIHNYA
Pemberian Materi Keorganisasian dan Kepemimpinan |
Banyak
perumpamaan yang terkadang muncul untuk menggambarkan suatu hal, ini adalah
salah satunya. Kadang, ada yang bilang “Ah, belibet lo” “Langsung ngomong ke
intinya aja sih”, dan masih banyak lagi yang lainnya. Buat ku, itu yang membuat
kita menjadi lengkap, kamu dengan to the
point mu, aku dengan bahasa-bahasa puitis, dan dia dengan keterbatasan
untuk menyampaikan apa yang sedang dirasakannya. Tidak apa, dia sedang berada
di fase itu, fase yang dahulu kamu dan aku juga merasakannya.
Frasa “Mendapat Lebih, Mengembalikan
Selebih-lebihnya” muncul belum lama ini, beberapa waktu lalu, ketika aku
yang selalu merasa “belum pantas” dan “selalu kurang” diminta menyampaikan
materi Kepemimpinan dan Keorganisasian kepada 16 orang pemuda-pemudi yang
berkeinginan masuk organisasi kami. Seperti biasa, “Lah, kok aku, gak mas itu,
mbak itu” selalu menjadi overthinking ku
kepada diriku sendiri, yang selalu merasa “Ah, aku belum pantas, keilmuan ku
masih belum banyak”. Dan ku rasa, setiap orang mempunyai overthinking nya masing-masing terutama pada dirinya sendiri yang
pada akhirnya hal itu dapat menutup potensi yang ada dalam dirinya itu. Oke, permintaan
itu muncul ketika adik-adik sedang mempersiapkan hajat rutin tiap tahun guna
mencari generasi-generasi penerus untuk organisasi. Aku diminta mengisi materi
itu setelah materi keagamaan oleh Pembina kami, Hermawan, M. Pd.i bersama
Ketum, orang yang di tuakan di organisasi. Kurasa tawaran itu masih menarik,
terlebih aku masih belum kemana-mana, masih di Purworejo sejak 7 tahun lalu dan
1,5 tahun setelah aku wisuda.
Selain
masih menarik, tawaran itu juga dapat menjadi tempat pembelajaran untuk ku, tes
mental kurang lebih, masih bisa tidak aku berdiri di depan audiens. Terlebih
dari itu, ada hal lain yang membuat aku tidak pikir panjang, bersamaan dengan
munculnya frasa “Mendapat lebih,
mengembalikan selebih-lebihnya”. Seperti ada surat perjanjian yang tidak
tertulis, perintah yang tidak disuarakan atau mungkin tanggung jawab yang tidak
akan pernah selesai. Kurasa, atas dasar keegoisan pribadi kita semua harus
mempunyai rasa ini, rasa yang sama terhadap organisasi. Kita atau mungkin hanya
sebagian yang sudah mendapat banyak; teramat banyak seperti pengetahuan,
pengalaman, kebersamaan, relasi atau bahkan dihadapkan dengan konflik yang
dapat membuat pola pikir dan langkah kita menjadi lebih dewasa. Sungguh, sangat
teramat sulit membalas semua hal-hal positif yang sudah diberi, maka dari itu
ketika kita banyak mendapat hal positif di organisasi ini, kembalikan lah hal
positif itu selebih-lebihnya kepada organisasi ini. Dengan cara apa? Banyak hal
yang dapat kamu lakukan, dan itu tidak akan pernah cukup untuk membalas
kebaikan organisasi ini. Sebagai contoh, ada dalam diriku pribadi. Jujur,
setelah Ospek, Mapala menjadi daya tarik untuk ku, menutupi semua Unit Kegiatan
Mahasiswa (UKM) yang waktu itu satu per satu perform di depan ribuan mahasiswa
baru. Bertepatan pada tahun tersebut, aku baru saja mendaki salah satu gunung
di Garut, Jawa Barat. Dan ternyata, sampai saat ini aku masih jatuh cinta
kepada ketinggian, banyak ku ucapkan terima kasih kepada rekan ku; Rilwan yang
sudah mengajak ku waktu itu. Atas dasar itu, mindset ku mengarahkan ku
untuk bergabung dengan Mapala di kampus, ya, aku tertarik masuk Mapala karena
aku ingin banyak mendaki gunung. Seketika mindset itu berubah, ketika Pendidikan
dan Latihan Dasar Kemapalaan waktu itu, di mulai dari technical meeting,
materi ruang, simulasi, dan akhirnya hampir satu minggu aku dan kawan-kawan
ditempa di medan Pendidikan. Mindset ku berubah total, dari banyak nya
pengetahuan yang baru aku tahu waktu itu, Mapala bukan sekadar mendaki gunung,
lebih dari itu. Segala disiplin ilmu dipelajari, mulai dari mendaki gunung
dengan ilmu, panjat tebing, susur goa, SAR, konservasi, fotografi, jurnalistik
dan banyak lagi lainnya. Tidak hanya itu, kebersamaan, kekeluargaan, bahkan
konflik pun ku rasakan di organisasi ini, dan itu adalah hal yang lumrah buat
ku. Hal yang paling terasa berdampak pada diri sendiri adalah mental berbicara
di depan umum. Organisasi ini dengan segala hiruk-pikuk nya menjadi salah satu
faktor yang membuat aku seperti saat ini. Terlebih, aku sempat menjadi nahkoda
organisasi ini selama 2 periode, moment yang benar-benar menempa ku;
sangat-sangat menempa.
Ada
beberapa hal yang sangat jelas membekas dalam ingatan, dan membuat aku harus
mengembalikan selebih-lebihnya kepada organisasi ini, entah, sampai batas waktu
yang belum ditentukan. Pertama, ketika aku menjadi pemimpin di
organisasi ini, tidak pernah kurencanakan sebelumnya, tapi rekan-rekan
mempunyai pandangan lain dan menjadikan ku Ketua Umum pada waktu itu, aku tidak
memiliki pengetahuan untuk menjadi pemimpin, terlebih aku harus memimpin
senior-senior ku, karena pada waktu itu aku masih menjadi anggota yang baru
dilantik. Dan juga, di jajaran kepengurusan, aku harus memimpin senior-senior
yang notabene nya satu sampai dua tingkat di atas ku. Periode pertama ku sangat
tidak beraturan, banyak kritikan yang “menghajar” aku dan kawan-kawan,
sampai-sampai aku ingin membalas kritikan itu, dalam hati, kutanamkan “aku
harus menjadi Ketum lagi di periode selanjutnya, harus ku perbaiki
kesalahan-kesalahan ku dan kawan-kawan di periode pertama”. Dan, boom! Aku
menjadi Ketua Umum lagi untuk yang kedua kalinya, semua mulai aku dan
kawan-kawan benahi, rapihkan, hilangkan yang tidak diperlukan. Tahun kedua ku
berjalan lebih menarik, dan dapat dibilang lebih beraturan dari tahun pertama,
sungguh tahun yang berkesan untuk ku dan kawan-kawan. Sedikit pesan, untuk mu;
yang saat ini atau nanti menjadi pemimpin di Organisasi, “Jalani dengan ikhlas
dan senang hati tanggung jawab ini, jangan takut salah, karena dari kesalahan
itu kita jadi belajar dan tahu mana yang benar”.
Kedua, ketika aku
dan kawan-kawan di delegasikan ke lokasi bencana, entah itu mencari,
meng-evakuasi, atau hanya mendistribusikan bantuan. Dari organisasi ini, aku
menjadi belajar bahwa kita, manusia adalah benar-benar makhluk sosial yang
memerlukan bantuan orang lain. Sempat beberapa hari dikirim ke Bencana Longsor
di Karangkobar, Banjarnegara, mencari korban yang tertimbun tanah bahkan
bangunan, sempat juga di delegasikan ke daerah longsor Kaligesing, Purworejo
membantu warga yang sebagian rumahnya masih tertimbun longsor, dan juga sempat
beberapa hari ikut membantu mengevakuasi warga dari bencana banjir yang ada di
Purworejo. Sungguh, pelajaran yang tidak akan bisa aku dapatkan di bangku
kuliah.
Ketiga, lewat organisasi ini, aku di delegasikan untuk mengikuti acara bertaraf nasional di Universitas Muhammadiyah Palembang, bertemu mahasiswa Kampus Muhammadiyah se-Indonesia, bertemu rekan-rekan Mapala dari Sabang – Merauke. Berkegiatan di lapangan dan berdiskusi perihal permasalahan-permasalahan lingkungan yang ada pada waktu itu dan mencari solusinya. Selama satu minggu aku dan adik ku di Palembang, aku di Divisi Sarasehan dan Adik ku di Divisi Susur Goa untuk mencari ilmu baru yang dapat dipelajari dan dibawa pulang ke Sekre. Disitu, aku bertemu orang-orang baru, orang-orang hebat, relasi yang mungkin suatu saat aku mebutuhkannya. Benar saja, sampai saat ini, aku masih berkomunikasi dengan rekan-rekan disana, beberapa kali saling meminta bantuan, sampai-sampai menjalin kerja sama untuk berwirausaha. Sangat banyak manfaat yang aku rasakan, dari semua siklus yang aku alami di organisasi ini.
Keempat, dari organisasi ini, aku mulai belajar menjadi seorang pemimpin, belum ada hasil yang signifikan memang, meninggalkan "sesuatu" hal yang positif juga belum tentu ada, biar orang lain yang menilai. Dari organisasi ini pula aku mulai berani mengambil peran di tempat lain, memimpin diskusi-diskusi yang hebat, dan mengambil risiko baru untuk memimpin organisasi lain. Ilmu yang aku dapat saat ini, salah satunya aku gali dan ambil dari “keluarga” ini. Berkat latar belakang aku pernah aktif di organisasi ini, individu dan instansi lain tidak segan untuk mengajak ku untuk turut serta, sebagai contoh; aku diajak membangun kembali Bank Sampah yang sempat vakum, aku juga diajak untuk ikut menjadi pemateri Pengelolaan Sampah di beberapa desa bahkan luar kota, keterampilan berbicara yang aku dapatkan dari organisasi ini akhirnya teraplikasikan untuk diriku sendiri di luar kampus. Tidak hanya itu, di tahun 2019 aku menjadi Koordinator Relawan Lindungi Hutan Purworejo dan sampai sekarang, belum maksimal memang pergerakan ku dan kawan-kawan, akan coba kami perbaiki tahun ini, inshaallah. Lalu, di tahun yang sama aku juga diminta menjadi Ketua Harian Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Kabupaten Purworejo, masa bhakti 2019-2023.
Dan yang terakhir, kurasa kita memerlukan rasa ini. Rasa yang sama untuk mengembalikan selebih-lebihnya apa yang sudah kita dapat dari organisasi ini. Akan sangat keliru ketika sudah mendapat banyak hal positif untuk pribadi kita dari organisasi ini dan kita pergi begitu saja tanpa mengembalikannya. Atau mungkin itu tujuan mu berada di organisasi ini? Oh ya, tidak apa, kita memang berangkat dari latar belakang yang berbeda sebelum menjadi bagian dari “keluarga” ini. Cara mengembalikannya? Tidak ada acara yang baku, lakukan sesuai cara mu asal itu berguna untuk adik-adik dan organisasi ini ke depannya. Untukmu yang masih belum menentukan arah; jaga baik-baik dan kembangkan organisasi ini, jika sudah mendapat atau mengambil banyak dari sini, jangan lupa untuk mengembalikannya dengan lebih. J
Usman Azis
NPA.14.XV.0089
0 Response to "MENDAPAT LEBIH, MENGEMBALIKAN SELEBIH-LEBIHNYA"
Post a Comment